'Kami CP Kelas Teri, Pendapatan Per Bulan Cuma Rp 4-5 Miliar'
Jakarta - Dalam rapat dengar pendapat Panja Pencurian Pulsa Komisi I DPR RI, pihak content provider (CP) merasa sudah duduk seperti terdakwa lantaran sering diserang. Ada pula CP yang mengaku pemain kelas teri, di mana pendapatannya 'cuma' Rp 4-5 miliar per bulan.
"Kami cuma CP kelas teri yang cuma bekerja sama dengan satu operator, yaitu Telkomsel. Kerja sama ini sendiri baru dimulai pada tahun 2009," kata Dirut PT Cequal Indonesia Errozyan August, CP pemilik short code2680 yang menjadi salah satu CP yang dipanggil Panja Komisi I DPR lantaran masuk dalam 'top 10 CP yang paling meresahkan' versi laporan BRTI.
Errozyan mengaku, pendapatan awal dari bisnis CP Cequal sejatinya cukup lumayan, yakni mencapai Rp 1 miliar per bulan. "Namun dengan tiga layanan per bulan bisa Rp 4-5 miliar," tukasnya.
Cequal pun berharap nama CP mereka direhabilitasi. Terlebih bisnis mereka kini sudah dihentikan sehingga pendapatannya sekarang nol. "Memang tidak bisa mengembalikan bisnis kami, tapi nama kami kembali bersih karena kami tidak punya layanan religi dan horoskop seperti yang dilaporkan BRTI," pungkas Errozyan.
Ternyata pengakuan Cequal ini ditanggapi sinis oleh Fayakun, salah satu anggota Komisi I DPR RI. "Kelas teri saja Rp 4-5 miliar, bagaimana yang kelas paus? Pelanggan berarti cuma plankton dong!" kelakarnya, di tengah rapat, Kamis (12/1/2012).
CP lain yang juga mengutarakan unek-uneknya adalah pemilik short code 9133, PT Collibri Network. CP inilah yang tengah bersengketa dengan salah satu pelanggan seluler bernama Feri Kuntoro.
Sedikit menengok ke belakang, Feri yang merupakan korban pencurian pulsa awalnya dengan berani melaporkan CP Colibri yang dianggap merugikannya ke pihak berwajib. Sial bagi Feri, ia malah dilaporkan balik pihak CP yang bersangkutan karena dianggap mencemarkan nama baik.
Dirut Collibri H.B. Nafing pun sedikit berkeluh kesah di hadapan anggota dewan. "Kami seperti terdakwa. Dijawab tidak pun tetap akan diserang. Kami siap membuka sistem untuk dicek bahwa tidak ada pelanggan yang tidak terdaftar," ungkapnya.
Menurut Nafing, Feri mencari keuntungan ekonomi dari tsunami. "Kita sudah hubungi berulang kali sampai sekarang tidak bisa untuk duduk bareng. Bagaimana caranya kita mau musyawarah. Bagi saya bukan nama harum, bukan masalah duit, tapi reputasi," ia menandaskan.
"Kami cuma CP kelas teri yang cuma bekerja sama dengan satu operator, yaitu Telkomsel. Kerja sama ini sendiri baru dimulai pada tahun 2009," kata Dirut PT Cequal Indonesia Errozyan August, CP pemilik short code2680 yang menjadi salah satu CP yang dipanggil Panja Komisi I DPR lantaran masuk dalam 'top 10 CP yang paling meresahkan' versi laporan BRTI.
Errozyan mengaku, pendapatan awal dari bisnis CP Cequal sejatinya cukup lumayan, yakni mencapai Rp 1 miliar per bulan. "Namun dengan tiga layanan per bulan bisa Rp 4-5 miliar," tukasnya.
Cequal pun berharap nama CP mereka direhabilitasi. Terlebih bisnis mereka kini sudah dihentikan sehingga pendapatannya sekarang nol. "Memang tidak bisa mengembalikan bisnis kami, tapi nama kami kembali bersih karena kami tidak punya layanan religi dan horoskop seperti yang dilaporkan BRTI," pungkas Errozyan.
Ternyata pengakuan Cequal ini ditanggapi sinis oleh Fayakun, salah satu anggota Komisi I DPR RI. "Kelas teri saja Rp 4-5 miliar, bagaimana yang kelas paus? Pelanggan berarti cuma plankton dong!" kelakarnya, di tengah rapat, Kamis (12/1/2012).
CP lain yang juga mengutarakan unek-uneknya adalah pemilik short code 9133, PT Collibri Network. CP inilah yang tengah bersengketa dengan salah satu pelanggan seluler bernama Feri Kuntoro.
Sedikit menengok ke belakang, Feri yang merupakan korban pencurian pulsa awalnya dengan berani melaporkan CP Colibri yang dianggap merugikannya ke pihak berwajib. Sial bagi Feri, ia malah dilaporkan balik pihak CP yang bersangkutan karena dianggap mencemarkan nama baik.
Dirut Collibri H.B. Nafing pun sedikit berkeluh kesah di hadapan anggota dewan. "Kami seperti terdakwa. Dijawab tidak pun tetap akan diserang. Kami siap membuka sistem untuk dicek bahwa tidak ada pelanggan yang tidak terdaftar," ungkapnya.
Menurut Nafing, Feri mencari keuntungan ekonomi dari tsunami. "Kita sudah hubungi berulang kali sampai sekarang tidak bisa untuk duduk bareng. Bagaimana caranya kita mau musyawarah. Bagi saya bukan nama harum, bukan masalah duit, tapi reputasi," ia menandaskan.
Belum ada Komentar untuk "'Kami CP Kelas Teri, Pendapatan Per Bulan Cuma Rp 4-5 Miliar'"
Posting Komentar