Selebaran DKI: Rakyat Miskin Vs Pemilu 2009
Ayo Sukseskan Penyatuan Perlawanan di 5 April dan 1 Mei 2009
Memang pertarungan, antara rakyat miskin dan Pemilu 2009; sehingga judul selebaran ini Rakyat Miskin vs Pemilu 2009 (vs atau versus, artinya adalah melawan atau tanding).
Sudah Tidak Percaya!
Coba aja, apakah Pemilu 2009 adalah pemilu rakyat, karena melibatkan rakyat miskin? Bukan, Pemilu 2009 adalah pemilu-nya elit, dan BUKAN sama sekali pemilu-nya rakyat miskin. Di bawah Orde Baru selama 32 tahun, jelas terbukti pemilu hanya dijadikan Soeharto dan kroni untuk mensahkan kekuasaan yang menindas, sehingga bukan rakyat yang ingin mencoblos tapi rakyat yang diharuskan mencoblos di pemilu. Sampai memuncak kemarahan rakyat, Soeharto digulingkan, dan pemilu dipercepat karena kehendak rakyat di tahun 1999. Luar biasa dukungan rakyat di Pemilu 1999, sampai tidak usah dibayar pun rakyat ramai-ramai membuat posko, memasang bendera, hingga memenuhi TPS-TPS. Tidak lain dukungan di Pemilu 1999 ini karena besarnya harapan rakyat atas perubahan yang mungkin bisa diraih dengan pemerintahan baru hasil pemilu.
Tapi kenyataan bicara lain, segera elit politik yang duduk di pemerintahan maupun di DPR/MPR menunjukkan sikap tegas: bahwa mereka adalah reformis gadungan dan anti rakyat. Reformis gadungan ini bahkan merangkul kekuatan penjahat orde baru (golkar dan tentara) untuk sama-sama berkuasa kembali, sekaligus menyelamatkan Soeharto dan kroninya.
Semua elit dan partai-partai sama saja, lebih memilih tunduk pada kepentingan penjajah ekonomi asing dengan menjual murah kekayaan bangsa, lalu sibuk memperkaya diri, sambil terus menambah penderitaan rakyat. Begitulah kenyataan reformasi 1998, merupakan hasil perjuangan rakyat hingga banyak kebebasan bisa didapat, tapi karena setelah 1998 kekuasaan masih ditangan elit pemilik modal (atau para kapitalis) akhirnya tetap saja rakyat menderita. Rakyat miskin tidak menyesal dan akan selalu bangga dengan reformasi 1998, tapi sekaligus sadar bahwa perjuangan belum rampung sebelum kekuasaan kerakyatan berhasil didirikan.
Perlawanan rakyat atas busuknya penguasa dan partai-partai elit, muncul dalam bentuk demonstrasi (yang terus meluas), golput (di pemilu 2004 dan meluas di pilkada), pendirian organisasi independen, dll. Lebih maju lagi, dengan semakin banyak munculnya persatuan kekuatan rakyat untuk melawan, walau sering masih sektoral dan tidak bertahan lama. Memang rakyat semakin maju kesadaran dan metode perlawanannya. Hal ini berkebalikan dengan sikap sebagian pimpinan gerakan, yang sekarang sibuk mendukung partai musuh rakyat dan menjadi caleg di pemilu 2009. Di tengah persoalan ekonomi dan demokrasi yang makin berat dihadapi rakyat, dan sekaligus situasi tersebut semakin mendorong maju perlawanan rakyat, e..e.. sebagain para aktivis itu malah masuk dalam bagian musuh rakyat. Tapi pengkhianatan politik dari elit gerakan (para aktivis yang nyebrang ke barisan elit penguasa) terbukti tidak bisa menghentikan gelombang ketidakpercayaan rakyat terhadap penguasa dan pemilu elit 2009. Golput diharamkan sekalipun, atau janji caleg/capres setinggi-tingginya, imbalan 100 ribu perorang, bahkan iklan pemilu yang tiap menit (dengan dana ratusan milyar milik rakyat yang telah diambil elit sebelumnya), semua itu tidak menghentikan kemarahan rakyat.
Rakyat Punya Jalan Sendiri
Sekarang jutaan PHK sedang berjalan, rakyat miskin makin tak bisa lagi dapat pendapatan (bahkan untuk makan harian), penangkapan dan penggusuran rakyat miskin meluas, TNI kembali jadi tim sukses Keluarga Berencana mulai awal 2009 ini (seperti era Soeharto, dengan perempuan sebagai korban), petani makin merugi, busung lapar, anak-anak bunuh diri karena miskin, dan banyak lagi, bersamaan korupsi yang makin gila-gilaan dan sudah terjualnya semua asset ekonomi nasional kepada asing! Pemerintah dan partai DPR adalah penanggung jawab semua masalah tersebut, sementara partai baru tidak ada yang nyata bersikap menentang.
Tidak ada jalan lain bagi rakyat yang ingin perubahan dan organisasi gerakan yang masih setia pada perjuangan, selain menyatukan kekuatan untuk: memenangkan program jalan keluar sejati rakyat dengan kekuatan rakyat sendiri, tanpa dikotori oleh campur tangan elit musuh rakyat. 5 April dan 1 Mei 2009 adalah tanggal penyatuan perlawanan rakyat, waktu untuk rakyat membuat pilihan sendiri diluar pemilu 2009. Di minggu tenang menjelang pemilu, kekuatan rakyat (karena rakyat tak mungkin bisa tenang sekarang) harus kita munculkan sehebat-hebatnya. Buruh yang sudah/akan di PHK dan upahnya tak manusiawi, rakyat miskin kota yang tanpa pekerjaan/pendapatan layak, mahasiswa yang sadar masa depan, tani yang makin miskin, dan rakyat dengan persoalan lainnya, ayo semua nyatakan perlawanan bersama di 5 April dan 1 Mei 2009! Sekaligus dari beragam persoalan tersebut, inilah bentuk persatuan rakyat menjawab pemilu elit 2009. **
LUASKAN PERLAWANAN RAKYAT, dengan:
BANGUN POSKO-POSKO PERSATUAN PERJUANGAN RAKYAT!
Seruan perlawanan ini disampaikan oleh:
Gabungan Solidaritas Perjuangan Buruh (GSPB), Persatuan Rakyat Miskin Jakarta (PRMJ), Serikat Pengamen Indonesia (SPI), Persatuan Talang Salemba (PATAS), Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi � Politik Rakyat Miskin (LMND-PRM), Jaringan Nasional Perempuan Mahardhika (JNPM), dan Persatuan Politik Rakyat Miskin (PPRM).
Memang pertarungan, antara rakyat miskin dan Pemilu 2009; sehingga judul selebaran ini Rakyat Miskin vs Pemilu 2009 (vs atau versus, artinya adalah melawan atau tanding).
Sudah Tidak Percaya!
Coba aja, apakah Pemilu 2009 adalah pemilu rakyat, karena melibatkan rakyat miskin? Bukan, Pemilu 2009 adalah pemilu-nya elit, dan BUKAN sama sekali pemilu-nya rakyat miskin. Di bawah Orde Baru selama 32 tahun, jelas terbukti pemilu hanya dijadikan Soeharto dan kroni untuk mensahkan kekuasaan yang menindas, sehingga bukan rakyat yang ingin mencoblos tapi rakyat yang diharuskan mencoblos di pemilu. Sampai memuncak kemarahan rakyat, Soeharto digulingkan, dan pemilu dipercepat karena kehendak rakyat di tahun 1999. Luar biasa dukungan rakyat di Pemilu 1999, sampai tidak usah dibayar pun rakyat ramai-ramai membuat posko, memasang bendera, hingga memenuhi TPS-TPS. Tidak lain dukungan di Pemilu 1999 ini karena besarnya harapan rakyat atas perubahan yang mungkin bisa diraih dengan pemerintahan baru hasil pemilu.
Tapi kenyataan bicara lain, segera elit politik yang duduk di pemerintahan maupun di DPR/MPR menunjukkan sikap tegas: bahwa mereka adalah reformis gadungan dan anti rakyat. Reformis gadungan ini bahkan merangkul kekuatan penjahat orde baru (golkar dan tentara) untuk sama-sama berkuasa kembali, sekaligus menyelamatkan Soeharto dan kroninya.
Semua elit dan partai-partai sama saja, lebih memilih tunduk pada kepentingan penjajah ekonomi asing dengan menjual murah kekayaan bangsa, lalu sibuk memperkaya diri, sambil terus menambah penderitaan rakyat. Begitulah kenyataan reformasi 1998, merupakan hasil perjuangan rakyat hingga banyak kebebasan bisa didapat, tapi karena setelah 1998 kekuasaan masih ditangan elit pemilik modal (atau para kapitalis) akhirnya tetap saja rakyat menderita. Rakyat miskin tidak menyesal dan akan selalu bangga dengan reformasi 1998, tapi sekaligus sadar bahwa perjuangan belum rampung sebelum kekuasaan kerakyatan berhasil didirikan.
Perlawanan rakyat atas busuknya penguasa dan partai-partai elit, muncul dalam bentuk demonstrasi (yang terus meluas), golput (di pemilu 2004 dan meluas di pilkada), pendirian organisasi independen, dll. Lebih maju lagi, dengan semakin banyak munculnya persatuan kekuatan rakyat untuk melawan, walau sering masih sektoral dan tidak bertahan lama. Memang rakyat semakin maju kesadaran dan metode perlawanannya. Hal ini berkebalikan dengan sikap sebagian pimpinan gerakan, yang sekarang sibuk mendukung partai musuh rakyat dan menjadi caleg di pemilu 2009. Di tengah persoalan ekonomi dan demokrasi yang makin berat dihadapi rakyat, dan sekaligus situasi tersebut semakin mendorong maju perlawanan rakyat, e..e.. sebagain para aktivis itu malah masuk dalam bagian musuh rakyat. Tapi pengkhianatan politik dari elit gerakan (para aktivis yang nyebrang ke barisan elit penguasa) terbukti tidak bisa menghentikan gelombang ketidakpercayaan rakyat terhadap penguasa dan pemilu elit 2009. Golput diharamkan sekalipun, atau janji caleg/capres setinggi-tingginya, imbalan 100 ribu perorang, bahkan iklan pemilu yang tiap menit (dengan dana ratusan milyar milik rakyat yang telah diambil elit sebelumnya), semua itu tidak menghentikan kemarahan rakyat.
Rakyat Punya Jalan Sendiri
Sekarang jutaan PHK sedang berjalan, rakyat miskin makin tak bisa lagi dapat pendapatan (bahkan untuk makan harian), penangkapan dan penggusuran rakyat miskin meluas, TNI kembali jadi tim sukses Keluarga Berencana mulai awal 2009 ini (seperti era Soeharto, dengan perempuan sebagai korban), petani makin merugi, busung lapar, anak-anak bunuh diri karena miskin, dan banyak lagi, bersamaan korupsi yang makin gila-gilaan dan sudah terjualnya semua asset ekonomi nasional kepada asing! Pemerintah dan partai DPR adalah penanggung jawab semua masalah tersebut, sementara partai baru tidak ada yang nyata bersikap menentang.
Tidak ada jalan lain bagi rakyat yang ingin perubahan dan organisasi gerakan yang masih setia pada perjuangan, selain menyatukan kekuatan untuk: memenangkan program jalan keluar sejati rakyat dengan kekuatan rakyat sendiri, tanpa dikotori oleh campur tangan elit musuh rakyat. 5 April dan 1 Mei 2009 adalah tanggal penyatuan perlawanan rakyat, waktu untuk rakyat membuat pilihan sendiri diluar pemilu 2009. Di minggu tenang menjelang pemilu, kekuatan rakyat (karena rakyat tak mungkin bisa tenang sekarang) harus kita munculkan sehebat-hebatnya. Buruh yang sudah/akan di PHK dan upahnya tak manusiawi, rakyat miskin kota yang tanpa pekerjaan/pendapatan layak, mahasiswa yang sadar masa depan, tani yang makin miskin, dan rakyat dengan persoalan lainnya, ayo semua nyatakan perlawanan bersama di 5 April dan 1 Mei 2009! Sekaligus dari beragam persoalan tersebut, inilah bentuk persatuan rakyat menjawab pemilu elit 2009. **
LUASKAN PERLAWANAN RAKYAT, dengan:
BANGUN POSKO-POSKO PERSATUAN PERJUANGAN RAKYAT!
Seruan perlawanan ini disampaikan oleh:
Gabungan Solidaritas Perjuangan Buruh (GSPB), Persatuan Rakyat Miskin Jakarta (PRMJ), Serikat Pengamen Indonesia (SPI), Persatuan Talang Salemba (PATAS), Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi � Politik Rakyat Miskin (LMND-PRM), Jaringan Nasional Perempuan Mahardhika (JNPM), dan Persatuan Politik Rakyat Miskin (PPRM).
Belum ada Komentar untuk "Selebaran DKI: Rakyat Miskin Vs Pemilu 2009"
Posting Komentar